Senin, 19 November 2012

sejarah tikar pandan


Sebuah desa yang bernama Desa pesahangan,kec cimanggu.kab.cilacap menyimpan sebuah budaya terampil yang patut untuk diperhatikan. Kerajinan tikar pandan, demikian budaya terampil tersebut dikenal oleh kalangan masyarakat di desa itu. Desa yang memiliki 7 dusun lebih ,ini dengan sekitar 2.400 jiwa penduduknya banyak yang berprofesi sebagai pembuat tikar pandan, setidak nya terdapat sekitar 400 orang pengrajin yang mayoritas mereka adalah ibu rumah tangga.

Bukan perkara susah cari pekerjaan lainnya, tapi karena faktor peduli terhadap lingkungan akibat banyaknya tumbuh tanaman pandan berduri di desa tersebut sehingga sebagian besar ibu rumah tangga yang juga berprofesi sebagai petani memanfaatkan waktu luangnya untuk membuat tikar pandan. Keahlian membuat tikar pandan ini telah ada sejak puluhan tahun silam dan dimiliki secara turun-temurun oleh warga di sana. Setidaknya, setiap hari para ibu rumah tangga melalui pekerjaan sambilan ini dapat menambah pendapatan bagi keluarga mereka Rp 20.000,- sampai dengan Rp 30.000,-.
Proses produksinya cukup sederhana. Daun pandan berduri yang cukup dewasa dengan lebar sekitar 5-7 cm di potong. Kemudian dengan sisir khusus, duri-duri pada daun tersebut disisir sehingga rontok. Daun yang bebas duri kemudian dijemur 3-5 hari sesuai kondisi matahari hingga cukup mengering. Kemudian daun tersebut di press agar menjadi tipis dan lemas dan dilanjutkan dengan dijemur beberapa jam. Daun pun siap dianyam.

Proses penganyaman pada dasarnya masih cukup sederhana, tapi untuk dapat menghasilkan 1 lembar tikar ukuran 120 x 200 cm dalam waktu sehari tentunya memerlukan kemampuan cekatan yang tinggi. Setelah berhasil dianyam, lembaran-lembaran tersebut di tumpuk 2-3 lapisan untuk kemudian dipotong sesuai bentuk ukuran tikar dan dijahit pada sisi-sisinya. Rata-rata para ibu rumah tangga di sana dapat membuat 1-2 tikar dalam sehari tergantung pada ukuran tikar yang dibuat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar